Pages

Sunday, October 29, 2023

Metodologi Ijtihad Kontemporari Dalam Penghasilan Fatwa di Jabatan Mufti Kerajaan Negeri Sembilan

Tajuk ini adalah tajuk Tesis saya yang telah siap dan selesai. Ia sangat sesuai dibaca oleh mereka yang ingin mengetahui segala yang berkaitan dengan Mufti dan Institusi Fatwa. Bagaimana proses sesuatu hukum itu berjalan. Penghasilan kajian ini adalah meliputi segala aspek dalam metodologi Ijtihad kontemporari menurut pandangan berberapa orang pengkaji.

Metodologi ijtihad kontemporer adalah pendekatan dalam hukum Islam yang berkaitan dengan penentuan hukum (fatwa) dalam konteks zaman sekarang. Ijtihad adalah proses penalaran dan penafsiran hukum Islam yang dilakukan oleh seorang mujtahid (ahli hukum Islam yang memiliki kemampuan ijtihad) untuk menghasilkan keputusan hukum (fatwa) dalam situasi atau isu tertentu. Dalam konteks kontemporer, ijtihad menjadi penting karena masyarakat Islam dihadapkan pada berbagai perubahan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik yang tidak ada dalam masa lalu.

Beberapa elemen utama dalam metodologi ijtihad kontemporer meliputi:

Menggunakan sumber-sumber hukum: Ijtihad kontemporer tetap mengacu pada sumber-sumber utama hukum Islam, yaitu Al-Quran, Hadis, ijma (konsensus ulama), dan qiyas (analogi). Namun, dalam konteks kontemporer, mujtahid juga dapat memanfaatkan sumber-sumber tambahan seperti maqasid al-shariah (tujuan dan maksud syariat) untuk memahami hukum-hukum yang mendasarinya.

Memahami konteks sosial dan budaya: Mujtahid harus memahami perubahan-perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat Muslim saat ini. Mereka harus mempertimbangkan bagaimana perkembangan dalam bidang teknologi, ekonomi, dan politik dapat memengaruhi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.

Istinbat (deduksi): Mujtahid harus mampu melakukan istinbat, yaitu deduksi atau penalaran hukum dari sumber-sumber hukum Islam. Mereka harus mengadopsi pendekatan rasional dan logis dalam menjalankan ijtihad untuk mencapai keputusan hukum yang sesuai dengan situasi kontemporer.

Konsultasi dan kolaborasi: Dalam beberapa kasus, mujtahid dapat berkolaborasi dengan ulama dan pakar dari berbagai bidang pengetahuan, seperti ekonomi, sains, dan hukum, untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang isu-isu kontemporer.

Fleksibilitas: Metodologi ijtihad kontemporer seringkali lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan dan situasi yang tidak ada dalam tradisi hukum Islam klasik. Ini memungkinkan penyesuaian hukum Islam dengan perkembangan zaman.

Penting untuk dicatat bahwa ijtihad kontemporer adalah subjek dari berbagai interpretasi dan pendekatan yang berbeda di seluruh dunia Muslim. Selain itu, setiap lembaga atau ulama yang melakukan ijtihad dapat memiliki pendekatan dan metodologi yang berbeda dalam memahami dan mengaplikasikan hukum Islam dalam konteks kontemporer.

Friday, May 13, 2016

Terjemahan Ayyuhal Walad 2

Seorang daripada murid al-Ghazali telah bersama-samanya selama bertahun-tahun. Dia telah berguru, menemani dan berkhidmat kepada gurunya dalam tempoh yang sangat lama. Pelbagai ilmu secara mendalam dan pengalaman spiritual telah diperolehi. Pada suatu hari dia bermonolog dalam dirinya tentang keadaanya lantas terlintas dalam fikirannya dan berkata: Aku telah membaca pelbagai ilmu. Usiaku telah ku habiskan untuk belajar dan mengumpulkannya. Sehingga kini aku tidak mengetahui ilmu yang bermanfaat bagiku dan akan menemaniku di alam kubur kelak. Aku juga tidak mengetahui manakah ilmu yang tidak bermanfaat bagiku sehingga aku harus meninggalkannya.
          Rasulullah SAW pernah berdoa:
اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بكَ مِن عِلمٍ لا ينفَعُ[1]
 Maksudnya:Ya Allah sesungguhnya aku berlindung denganMu daripada ilmu yang tidak bermanfaat.
Dia terus berfikir sehinggalah akhirnya memutuskan untuk menulis surat kepada gurunya al-Ghazali mengadukan kegelisahan hatinya, meminta fatwa, meminta nasihat dan doa daripadanya. Katanya: Seandainya jawapan kepada persoalanku ini terkandung dalam kitab ihya’ dan pelbagai kitab tuan yang lainnya, ketahuilah bahawa khadammu ini tidak berupaya dan tidak berkemampuan meneliti keseluruhannya. Akan tetapi, maksudku di sini adalah agar syeikh menuliskan untukku nasihat dalam beberapa lembar kertas[2] yang boleh aku bawa sepanjang hidup dan aku amalkannya.
          Kemudian al-Imam al-Ghazali menulis jawapan surat muridnya sebagaimana berikut: Ketahuilah wahai anakku dan kekasih yang dimuliakan (semoga Allah mengekalkan dirimu dalam ketaatan kepadaNya dan meneguhkan kakimu di atas jalan para kekasihNya), sesungguhnya tebaran nasihat golongan terdahulu dan terkemudian terkandung dalam Hadith-Hadith Rasulullah SAW. Jika nasihat dari baginda telah sampai kepadamu maka apakah nasihat lain yang engkau perlukan dariku ?. Jika belum sampai kepadamu (nasihat-nasihat itu) maka katakan kepadaku apa yang telah engkau perolehi selama bertahun-tahun ini daripada ilmu yang telah engkau raih?. Sementara pada saat yang sama engkau habiskan waktumu mencari ilmu itu.



[1]Nabi SAW bersabda :
اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بكَ مِن عِلمٍ لا ينفَعُ وعمَلٍ لا يُرفَعُ وقلبٍ لا يخشَعُ وقولٍ لايُسمَعُ
Ya Allah aku berlindung denganMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, amalan yang tidak diterima, hati yang tidak khuyuk dan kata yang tidak didengari. (Hadith riwayat ibn Hibban)
[2] Nasihat yang diminta dalam bentuk ringkas, padat dan menyeluruh.

Monday, May 9, 2016

Terjemahan Ayyuhal walad


Dalam keghairahan manusia belari merebut dunia, lahirlah genarasi manusia yang kering dari segala nilai. Pelbagai tanda membayangkan kroniknya defisit nilai yang dihadapi. Ironinya mereka mampu menongkat langit dengan kemajuan yang dicapai tetapi dungu dalam memahami matlamat keberadaan. Kebuntuan memahami matlamat hidup adalah sebahagian simptom kedunguan yang dihidapi. Kesakitan yang semakin membarah ini mula menunjukkan tanda. Justeru, seringkali kita mendengar dan melihat kedurjanaan terpacul di mana-mana. Kekeringan nilai terjadi hasil pengabaian aspek kejiwaan. Kesibukan manusia mengejar dunia menjadikan mereka insan yang kaku dan mati tanpa jiwa. Nukilan tinta emas al-Imam al-Ghazali telah menghidupkan sekian banyak jiwa yang mati. Telah menitiskan sekian banyak air mata dari kelompak yang kontang. Berjaya menyentap tangan manusia yang lalai. Membangunkan iman yang tidur. Maka kami melihat karya ini perlu disuburkan kembali. Kami sedia maklumi telah banyak olahan dan terjemahan yang berada di pasaran tetapi kami mencuba untuk menyelit dicelah rimbunan subur. Semoga kami turut disenaraikan di kalangan mereka yang berjuang membangunkan ummah ini walaupun berbekalkan tinta kayu.


“Walau pun hanya dengan tinta kayu”